Jakarta – Wali Kota (Walkot) Depok, M Idris mengklaim berat badan balita mulai naik berkat program makan stunting atau pemberian makanan tambahan (PMT) lokal. Dia mengatakan dalam waktu sepekan program berjalan, berat badan balita mulai naik.
“Itu terbukti dampak dari pemberian makanan, seminggu program berjalan, anak-anak yang kita timbang nggak ada yang stuck (mandek), semuanya naik. Bahkan, ada anak yang kenaikannya itu satu kilo, karena benar menjalankannya,” kata Idris dalam keterangannya di website Pemkot Depok dilihat detikcom, Kamis (23/11/2023).
Idris menyampaikan Kota Depok masuk sebagai lima besar kota dalam upaya percepatan penurunan stunting sehingga mendapat Dana Insentif Daerah (DID) dari APBN. Dia menjelaskan dana tersebut kemudian diimplementasikan menjadi program makan stunting atau PMT lokal.
“Sebagai bentuk penghargaan pemerintah pusat, Depok dikasih Dana Insentif Daerah (DID) dari APBN sebagai hadiah pemerintah pusat ke daerah. Tetapi dikirimkannya ke kas daerah sudah milik daerah untuk diimplementasi program pemberian makanan tambahan yang namanya PMT lokal,” ujarnya.
Idris menjelaskan PMT lokal merupakan makanan tambahan untuk balita dalam bentuk kudapan yang mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak stunting. Makanan yang diberikan bukan makanan cepat saji.
“Makan tambahan bukan makanan pokok, bahasa gaulnya camilan, tetapi ini bergizi untuk anak-anak bermasalah stunting, itu harus dipahami. Jadi kudapan sesuai dari SOP arahan kementerian, bergizi misalnya tetapi lokal, bukan beli di pabrik, supermarket, yang kemasan-kemasan itu,” ucapnya.
Idris menyampaikan kudapan atau camilan nugget dibuat sendiri dengan memberdayakan masyarakat, salah satunya UMKM di Kota Depok. Dia menyebut pihaknya mematok harga Rp 18 ribu dan menyerahkannya ke UMKM tersebut untuk mengolah makanan stunting per balita dengan total jumlah 9.882 balita selama 28 hari.
“Pengolahannya kita serahkan ke penyedia PMT tadi, pokoknya ada dana, jangan pula makanan Rp18 ribu tetapi yang ditinggikan itu dana totalnya sekian miliar, itu kan framing namanya,” tuturnya.
“Kita harus liat rinciannya berapa ribu anak yang harus diberi makan masalah stunting, bukan hanya stunting, tetapi anak yang timbangannya enggak naik atau kurang timbangannya, itu masuk masalah stunting, dan anak-anak yang kurus kurang gizi, susah makannya kena program PMT,” tambahnya.
Sorotan Netizen
Sebelumnya, makanan tambahan untuk mencegah stunting di Depok menjadi sorotan karena berisi tahu dan nugget. Padahal anggarannya mencapai Rp 4,9 miliar.
Selain itu, sorotan tertuju pada stoples makanan yang bergambar Walkot dan Wakil Walkot Depok. Hal itu disorot karena anggarannya berasal dari APBN.
Pemkot Depok kemudian menjelaskan bahwa makanan itu disajikan sesuai resep dari UNICEF yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Pemkot Depok juga menyatakan akan mengganti stiker di stoples tersebut.
Imbau Warga Lapor
Idris kemudan mengimbau warga untuk melaporkan ke Pemkot Depok jika ada protes soal makan stunting. Dia pun berharap masyarakat tidak menjelek-jelekan menu makanan yang telah disajikan.
Idris mengatakan hal itu terkesan menjelek-jelekan makanan pemberian Pemkot Depok. Menurutnya bentuk protes yang berujung viral di media sosial itu tidak baik.
“Seakan-akan makanannya jelek makanan basi lalu dilempar ke media ini nggak bagus,” tuturnya.
Dia menyebut saat ini memasuki suasana politik yang membuat sentimen masyarakat naik. Idris pun memberi saran untuk tak membicarakan soal gizi makan stunting jika bukan ahli gizi. https://juswortele.com
“Kita lagi suasana politik yang sudah tentunya naik nanti tambah naik tensinya jadi repot. Coba ditulis kejadian kaya gini nanti kita teliti dengan ahli gizinya jangan kalau bukan pakar gizi jangan ngomong-ngomong masalah gizi ini bahaya,” jelasnya.