Jakarta, CNBC Indonesia – Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak lupa membuat unggahan sosial untuk memeringati hari tersebut.
Hanya saja, Jokowi, atau tim media sosialnya, jelas tak sensitif gender. Ini terlihat dari ilustrasi yang diunggah di Instagram serta Twitter resmi Presiden. Ilustrasi atau karikatur itu menampilkan sosok yang mirip Jokowi membawa buket bunga. Di sekelilingnya ada sejumlah karakter perempuan: ada yang mengantar anak sekolah, membacakan buku untuk anak, menyapu halaman, dan yang paling menggelikan, ada yang bergunjing sambil belanja sayur.
Semua karakter perempuan itu punya satu kesamaan: melakukan tugas domestik. Meski tak ada yang salah dengan ibu yang memilih berperan di sektor domestik, penggambaran itu jelas tak sesuai dengan semangat dan sejarah Hari Ibu Nasional.
Sejarah mencatat bahwa pada 22 Desember 1928, sekitar 600 perempuan berkumpul di pendopo milik Raden Tumenggung Joyodipoero. Mereka datang atas inisiasi Soekonto, Nyi Hadjar Dewantara, dan Nona Soejatin. Tujuan kedatangan mereka sama seperti pemuda Jawa lain: ingin bicara nasionalisme, kemerdekaan, dan tak lupa bicara kesetaraan laki-laki dan perempuan. Acara kumpul-kumpul ini belakangan dikenal sebagai Kongres Perempuan I. Kongres ini dianggap sesuatu yang penting dan menjadi dasar pergerakan para perempuan hingga Indonesia merdeka. Setahun kemudian, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Melihat sejarahnya, Hari Ibu Nasional jelas membawa isu perjuangan dan kesetaraan. Karena itu, tidak seharusnya Presiden Jokowi, lewat karikaturnya, mengecilkan peran ibu hanya di sektor domestik. Apalagi, Jokowi dikelilingi banyak perempuan hebat yang membantunya menjalankan pemerintahan.
Kita tahu betapa penting peran Sri Mulyani dalam mengatur keuangan negara. Jokowi juga punya Retno Marsudi, perempuan pertama yang menduduki jabatan Menteri Luar Negeri di Indonesia. Dan masih ada banyak perempuan-perempuan lain yang juga berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Karena itu, sudah selayaknya Presiden Jokowi mengangkat dan mengakui peran perempuan di banyak sektor strategis di negeri ini.
Jadi, Pak Jokowi, tolong jangan lagi mendiskreditkan kehadiran kaum ibu sebagai pihak yang hanya doyan bergunjing saat belanja sayur. Apalagi dengan menempelkan label ‘Pusat Transfer Data’ yang kita tahu itu olok-olok untuk budaya gosip di kalangan masyarakat. https://mesinpencarinenas.com/